Implementasi Pengembangan
Bahasa Anak Usia Dini
Diringkas oleh: Berlian Sri Marmadi
Bahasa merupakan alat komunikasi bagi setiap orang, termasuk anak-anak.
Anak dapat mengembangkan kemampuan sosialnya melalui berbahasa. Keterampilan
bergaul dalam lingkungan sosial dimulai dengan penguasaan kemampuan berbahasa.
Melalui bahasa, anak dapat mengekspresikan pikiran, sehingga orang lain
memahaminya dan menciptakan suatu hubungan sosial. Jadi, tidaklah mengherankan
bahwa bahasa dianggap sebagai salah satu indikator kesuksesan seorang anak.
Anak yang dianggap banyak berbicara, kadang merupakan cerminan anak yang
cerdas. Sebelum mempelajari pengetahuan lain, anak perlu menggunakan bahasa
agar dapat memahami dengan baik. Anak akan dapat mengembangkan kemampuannya
dalam bidang pengucapan bunyi, menulis, membaca yang sangat mendukung
keberaksaraan di tingkat yang lebih tinggi.
Berbagai pendapat tentang teori pengembangan bahasa dikemukakan oleh para
ahli. Pemahaman akan berbagai teori pengembangan bahasa dapat memengaruhi
penerapan metode implementasi terhadap pengembangan bahasa anak, sehingga
diharapkan pendidik mampu mencari dan membuat bahan pengajaran yang sesuai
dengan tingkat usia anak. Beberapa teori mengenai hal ini antara lain:
- Teori "Behaviorist" oleh Skinner, mendefinisikan bahwa pembelajaran dipengaruhi oleh perilaku yang dibentuk oleh lingkungan eksternalnya, artinya pengetahuan merupakan hasil dari interaksi dengan lingkungannya melalui pengondisian stimulus yang menimbulkan respons. Perubahan lingkungan pembelajaran dapat memengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku anak secara bertahap. Perilaku positif pada anak cenderung akan diulang ketika mendapat dorongan yang sesuai dengan kemampuan anak dari lingkungannya. Latihan untuk anak harus menggunakan bentuk-bentuk pertanyaan (stimulus) dan jawaban (respons) yang dikenalkan secara bertahap, mulai dari yang sederhana sampai pada yang lebih rumit.
- Teori "Nativist" oleh Chomsky", mengutarakan bahwa bahasa sudah ada di dalam diri anak. Saat seorang anak dilahirkan, ia telah memiliki serangkaian kemampuan berbahasa yang disebut "Tata Bahasa Umum" atau "Universal Grammar". Anak tidak sekadar meniru bahasa yang ia dengarkan, tapi ia juga mampu menarik kesimpulan dari pola yang ada. Ini karena anak memiliki sistem bahasa yang disebut Perangkat Penguasaan Bahasa (Language Acquisition Devise/LAD). Menurut teori ini, anak perlu mendapatkan model pembelajaran bahasa sejak dini. Anak akan belajar bahasa dengan cepat, terutama untuk bahasa kedua, sebelum usia 10 tahun.
- Teori "Constructive" oleh Piaget, Vigotsky, dan Gardner, menyatakan bahwa perkembangan kognisi dan bahasa dibentuk dari interaksi dengan orang lain. Anak memiliki perkembangan kognisi yang terbatas pada usia-usia tertentu, tetapi melalui interaksi sosial anak akan mengalami peningkatan kemampuan berpikir. Pengaruhnya dalam pembelajaran bahasa adalah anak akan dapat belajar dengan optimal jika diberikan kegiatan. Dalam kegiatan itu, anak perlu didorong untuk sering berkomunikasi. Adanya anak yang lebih tua usianya atau orang dewasa yang mendampingi pembelajaran dan mengajak bercakap-cakap, akan menolong anak menggunakan kemampuan berbahasa yang lebih tinggi atau melejitkan potensi kecerdasan bahasa yang sudah dimiliki anak. Oleh karena itu, pendidik perlu menggunakan metode yang interaktif; menantang anak untuk meningkatkan pembelajaran dan menggunakan bahasa yang berkualitas.
Permainan yang dapat mendukung terciptanya rangsangan pada anak dalam
berbahasa, antara lain alat peraga berupa buku gambar/poster, mendengarkan
lagu, menonton film, mendengarkan suara kaset, membaca cerita, atau mendongeng.
Semua aktivitas yang dapat merangsang kemampuan anak dalam berbahasa dapat
diciptakan sendiri oleh pendidik. Pendidik dapat berimprovisasi dengan cara
menerapkannya pada anak sesuai dengan kondisi dan lingkungannya. Beberapa
permainan atau kegiatan yang dapat dimodifikasi untuk mengembangkan kemampuan
berbahasa anak, misalnya: permainan memilih benda, menebak suara binatang,
peran anggota keluarga (berperan sebagai ayah, ibu, dsb.), dan permainan
anak-anak yang lain.
Pertanyaan yang sering muncul dari orang tua adalah: "Saya ingin anak
saya dapat membaca dan menulis secepat mungkin, bagaimana caranya?"
Dasar-dasar permulaan membaca dan menulis dimulai sejak lahir dan
berkembang terus-menerus sepanjang hidup. Di usia yang sangat dini, anak-anak
mulai belajar bahasa lisan saat mendengar anggota keluarganya berbicara,
tertawa, bernyanyi, dan ketika orang di sekitarnya menanggapi semua celotehannya.
Demikian pula ia mulai memahami bahasa tulisan ketika mendengar orang dewasa
membacakan cerita untuknya serta melihat anggota keluarganya membaca majalah,
surat kabar, dan buku-buku. Kegiatan-kegiatan ini dihadirkan dalam suasana yang
hangat, penuh cinta kasih, dan bebas tekanan sehingga kegiatan membaca dan
menulis menjadi pengalaman yang menyenangkan.
Penting untuk dipahami bahwa tujuan utama mengembangkan kemampuan membaca
dan menulis anak-anak adalah mengenalkan mereka pada kekuatan dan kesenangan membaca
dan menulis. Kecintaan membaca dimulai saat orang tua memeluk anak dan
membacakan cerita dengan ekspresif. Keakraban dalam menikmati buku dan cerita
memperkuat ikatan emosional, membantu anak dalam mempelajari kata dan konsep
baru, dan merangsang pertumbuhan otak anak. Semangat untuk menulis ditumbuhkan
dengan memberikan kesempatan pada anak untuk menggambar dan mencoret-coret.
Gambar dan coretan anak adalah tulisan pertamanya, lambat laun seiring dengan
perkembangannya anak akan menulis huruf-huruf. Melalui bantuan dan dorongan
orang-orang di sekitarnya, anak menapaki langkah besar menjadi seorang penulis.
Perkembangan bahasa pada anak usia dini sangat penting karena dengan bahasa
sebagai dasar kemampuan, seorang anak akan dapat meningkatkan kemampuan yang
lain. Pendidik perlu menerapkan ide-ide mereka untuk mengembangkan kemampuan
berbahasa anak, memberikan contoh penggunaan bahasa dengan benar, dan
menstimulasi perkembangan bahasa anak dengan berkomunikasi secara aktif. Anak
perlu terus dilatih untuk berpikir dan menyelesaikan masalah melalui bahasa
yang dimilikinya. Kegiatan nyata yang diperkuat dengan komunikasi akan terus
meningkatkan kemampuan bahasa anak. Lebih daripada itu, anak harus ditempatkan
di posisi yang terutama, sebagai pusat pembelajaran yang perlu dikembangkan
potensinya. Ketika belajar bahasa, anak perlu menggunakan berbagai strategi,
misalnya permainan yang bertujuan mengembangkan bahasa anak dan penggunaan
berbagai media yang mendukung pembelajaran bahasa. Anak akan mendapatkan pengalaman
bermakna dalam meningkatkan kemampuan berbahasa.
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar