KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN
EMOSI ANAK
1. Karakteristik
emosi dan ekspresi emosi anak
Karakteristik perkembangan emosi pada masa awal anak adalah fase dimana
saat ketidakseimbangan dimana anak mudah terbawa ledakan-ledakan emosional
sehingga sulit untuk diarahkan. Menurut Hurlock perkembangan emosi ini mencolok
pada anak usia 2,5 th – 3,5 thn dan 5,5 thn – 6,5 thn.
Ciri utama reaksi
emosi pada anak :
1.
Reaksi emosi anak sangat kuat. Dalam hal
kekuatan, makin bertambahnya usia anak, dan semakin bertambahnya matangnya
emosi anak maka anak akan semakin terampil dalam memilih kadar keterlibatan
emosionalnya.
2.
Reaksi emosi anak mudah berubah dari satu
kondisi ke kondisi lain. Emosi bersifat sementara,Peralihan yang cepat pada anak-anak kecil dari tertawa kemudian menangis,
atau dari marah ke tersenyum, atau dari cemburu ke rasa saying
3. Emosi dapat diketahui melalui gejala perilaku
Anak-anak mungkin tidak memperlihatkan reaksi
emosional mereka secara langsung, tetapi mereka memperlihatkannya secara tidak
langsung melalui kegelisahan, melamun, menangis, kesukaran berbicara, dan
tingkah yang gugup, seperti menggigit kuku dan mengisap jempol.
4. Emosi seringkali tampak
Anak-anak seringkali
memperlihatkan emosi yang meningkat dan mereka menjumpai bahwa ledakan
emosional seringkali mengakibatkan hukman, sehingga mereka belajar untuk
menyesuaikan diri dengan situasi yang membangkitkan emosi. Kemudian mereka akan
berusaha mengekang ledakan emosi mereka atau bereaksi dengan cara yang lebih
dapat diterima.
Anak mengkomunikasikan emosi
melalui verbal, gerakan dan bahasa tubuh. Bahasa tubuh ini perlu kita cermati
karena bersifat spontan dan seringkali dilakukan tanpa sadar. Dengan memahami
bahasa tubuh inilah kita dapat memahami pikiran, ide, tingkah laku serta
perasaan anak. Bahasa tubuh yang dapat diamati antara lain :
Ekspresi wajah
Napas
Ruang gerak,
gerakan tangan dan lengan
Keadaan anak dapat
dikenali melalui gejala tingkah laku yang ditampilkan, missal kan:
a.
Cemas :
murung, diam, keringat dingin, lari menjauh
b.
Senang : Senyum-senyum,
mengeluarkan bunyi-bunyi, bergumam,menyanyi, membelai, mengelus, memeluk,
mencium
c.
Takut :
Mengkeret, wajahnya mengerut,
berteriak-teriak
d.
Marah :
Gregetan seperti mau melawan,
berteriak ”tidak!”, menyakitidiri sendiri, menangis.
e.
Kesal : Menggigit, menjambak, membanting barang ke lantai,mengangkat barang
dengan satu tangan
f.
Sedih :
Murung, tidak mau makan,
melempar-lempar piring.
g.
Kecewa : Murung, wajah melas,
2. Tugas
perkembangan emosi pada anak
Emosi memiliki peranan yang
sangat penting dalam perkembangan anak, baik pada usia prasekolah maupun pada
tahap-tahap perkembangan selanjutnya, karena memiliki pengaruh terhadap
perilaku anak. Woolfson, 2005:8 menyebutkan bahwa anak memiliki kebutuhan emosional,
yaitu :
Dicintai
Dihargai
Merasa aman
Merasa kompeten,
Mengoptimalkan kompetensi
Apabila kebutuhan emosi ini dapat dipenuhi akan
meningkatkan kemampuan anak dalam mengelola emosi, terutama yang bersifat
negatif.
Tugas
perkembangan sosial emosional anak berusia 3-5 tahun adalah sebagai berikut:
1.
Anak usia 3 tahun diharapkan dapat:
§ Memilih teman bermain
§ Memulai interaksi sosial dengan anak lain
§ Berbagi mainan, bahan ajar atau makanan
2.
Anak usia 3 tahun, 6 bulan diharapkan dapat:
§ Menunggu atau menunda keinginan selama 5 menit
§ Menikmati kedekatan sementara dengan salah satu teman bermain
3.
Anak usia 4 tahun diharapkan dapat:
§ Menunjukkan kebanggan terhadap keberhasilan
§ Membuat sesuatu karena imajinasi yang dominan
4.
Anak usia 4 tahun, 6 bulan diharapkan dapat:
§ Menunjukkan rasa percaya diri
§ Menceritakan kejadian yang baru berlalu
§ Lebih disukai ditemani teman sebaya dibanding orang dewasa
§ Menggunakan barang milik orang dengan hati-hati
5.
Anak usia 5 tahun diharapkan dapat:
§ Memiliki beberapa kawan, mungkin satu sahabat
§ Memuji, memberi semangat, atau menolong anak lain
6.
Anak usia 5 tahun, 6 bulan diharapkan dapat:
§ Mencari kemandirian lebih banyak
§ Sering kali puas, menikmati berhubungan dengan anak lain meski pada
saat krisis muncul
§ Berteman secara mandiri.
Anak yang
berusia tujuh dan delapan tahun mulai menunjukkan ketekunan di dalam usaha yang
mereka lakukan untuk mencapai tujuan mereka. Ini sering menyebabkan orang tua
mereka menjadi kesal dimana ketika anak meminta orang tua untuk melakukan suatu
hal secara berulang kali. Pada usia ini anak-anak mengembangkan sikap empati
yang lebih memperkenalkan diri kepada orang lain dan juga merasa bersalah
ketika mereka melukai orang lain, baik secara fisik ataupun emosional. Mereka
mencoba untuk menimbulkan rasa nyaman terhadap keluarga atau teman tanpa
diminta untuk melakukannya.
Pada usia
prasekolah anak-anak belajar menguasai dan mengekspresikan emosi (Saarni,
Mumme, dan Campos, 1998 dalam De Hart, 1992:348). Pada usia 6 tahun anak-anak
memahami konsep emosi yang lebih kompleks, seperti kecemburuan, kebanggaan,
kesedihan dan kehilangan (De Hart, 1992:348), tetapi anak-anak masih memiliki
kesulitan di dalam menafsirkan emosi orang lain (Friend and Davis, 1993). Pada
tahapan ini anak memerlukan pengalaman pengaturan emosi, yang mencakup :
3. Gangguan emosional pada anak
Gangguan Emosional mengacu pada suatu kondisi di mana tanggapan perilaku
atau emotional seorang individu sangat berbeda dari norma-norma yang umumnya
diterima, sesuai dengan usia, etnis, atau budaya yang mempengaruhi secara
berbeda kinerja pendidikan di wilayah seperti perawatan-diri. hubungan sosial,
penyesuaian pribadi, kemajuan akademis, perilaku di ruang kelas atau
penyesuaian terhadap pekerjaan
Terdapat
beberapa gangguan emosional pada masa kanak-kanak sehingga terkesan dan sebagai
penyebab ketakutan kanak-kanak untuk melakukan kegiatan. Antara Iain pada
suasana yang gelap sehingga takut melakukan sesuatu pada malam hari di luar
rumah; takut berhadapan dengan ‘seorang dokter karena pernah mendapat
pengobatan yang berlebihan dosisnya (overdosis); karena tempramen orang dewasa
di rumahnya, misalnya sering dimarahi sehingga anak takut berhadapan dengan
orang dewasa, baik dengan orang tuanya sendiri maupun orang lain.
Kebrutalan
atau kebringasan anak nampak pada perilakunya, mereka menunjukkan suatu
perbuatan yang sering kali memerlukan bantuan orang lain. Misalnya berkelahi,
membohong, mencuri, merusak hak milik dan merusak aturan yang berlaku.
Bentuk-bentuk tindakan tersebut merupakan ekspresi yang keluar dari emosional
yang terganggu. Sekalinun demikian pada umumnya anak-anak berusaha merubahnya
dan menutupi periiaku mereka dengan mengemukakan alasan untuk dapat dipercayai
oleh orang lain, menutupi kebohongannya dengan maksud menghindari hjkuman
karena perbuatannya. Akan tetapi ketika anak telah berusia lebih dari 6 atau 7.
tahun sekalipun mereka tetap membuat cerita yang bohong, mereka merasa sadar
dan tidak aman perasaannya.
Perkembangan
Anak merupakan sesuatu hal yang merupakan sesuatu yang selayaknya menjadi
perhatian khusus bagi para orang tua karena tahap perkembangan pada masa
kanak-kanak merupakan perkembangan emas bagi anak, sehingga ketika kita selaku
orang tua kurang memberikan perhatian maka tentu akan mengganggu perkembangan
anak itu sendiri, untuk mengtasi hal tersebut tentu kita harus mengenal
gangguan-gangguan yang terjadi pada anak khususnya gangguan emosional sebagai
berikut :
-
Prilaku agresif
Sangat perusak, suka mencari perhatian yang berlebihan dan juga pemarah
-
Prilaku antisocial
Penolakan terhadap nilai-nilai umum dan social, tetapi menerima nilai-nilai
aturan teman sesama kelompok
-
Kecemasan/menarik diri
Kesadaran diri yang berlebihan, menyamaratakan perasaan, ketakutan,
kecemasan yang tinggi, defresi yang dalam, sangat sensitive dan mudah sekali
malu
-
Gangguan pemusatan perhatian
Sikap yang sering bingung, kosentrasi jelek dan implusif
-
Gangguan gerak
Gelisah, ketidak mampuan untuk tenang, tingkat tekanan tinggi dan sangat
banyak bicara
-
Prilaku psikotik
Mengungkapkan ide-ide yang aneh, bicara berulang-ulang , memperlihat kan
sifat aneh
-
Ketakutan
Pola asuh dan lingkungan merupakan factor paling berperan terhadap
munculnya gangguan emosional pada anak, berikut adalah beberapa sikap salah
orangtua yang dapat memicu gangguan emosional pada anak.
1) Tidak Ekspresif
Dengan maksud menjaga wibawa, banyak orangtua
yang tidak ekspresif dalam menunjukkan rasa kasih sayang. Meski fisik anak
sudah besar, mereka tetap memerlukan pelukan, pujian, dan ungkapan kasih
sayang. Sebaliknya, banyak orangtua yang begitu bersemangat saat memarahi
anaknya yang berbuat salah. Dari hal ini, anak hanya belajar tentang emosi
negatif, marah-marah dan bentakan, tapi tidak belajar mengeluarkan emosi
positifnya.
2) Kurang Perhatian
Banyak orangtua yang sudah puas mencukupi anak
dengan materi, tapi tidak dengan perhatian. Mainan, boneka, sepeda, motor mini,
komputer sudah cukup menyenangkan anak. Tapi ada hal lain lagi yang lebih
menyenangkan buat anak, yaitu kebersamaan dengan orangtua. Memang, tak mudah
meluangkan waktu demi anak, tapi di hari libur atau di waktu senggang, orangtua
dapat menyempatkan diri berkomunikasi dengan anak. Atau, di sela-sela istirahat
kantor, orangtua juga dapat memonitor anaknya lewat telepon.
3) Mempermalukan Anak
Orangtua memarahi anak di depan orang lain
seperti teman atau tamu. Dalam kondisi itu, anak tidak dapat protes, membantah,
dan hanya diam mendengar ocehan orangtua. Namun, bak bara dalam sekam, sikap
itu akan membuat emosi anak meledak-ledak, dan tinggal menunggu waktu saja
untuk dilampiaskan. Selain itu, orangtua juga senang menyindir kekurangan anak,
tanpa melihat perbuatan positif yang dilakukannya. Juga senang mengecilkan
semua hal yang dilakukan anak. Semua perilaku kasar itu akan diadopsi saat anak
tumbuh dewasa kelak.
4) Memberi Hukuman Fisik
Hukuman ini dipandang orangtua sangat efektif
karena dapat menimbulkan efek jera. Juga asumsi salah lain, perilaku agresif
anak dapat dijinakkan dengan hukuman badan. Padahal, semua itu akan
meningkatkan agresivitas anak, bahkan dia bisa belajar tentang perilaku kasar
itu saat remaja.
5) Miskin Penanaman Nilai-nilai
Orangtua dengan entengnya memasukkan anak ke
sekolah agama, belajar mengaji, sekolah minggu, dan lain-lain dengan harapan
lembaga-lembaga itu dapat mencetak anak berakhlak mulia. Meski membantu anak
memiliki wawasan tentang pentingnya perbuatan baik dan nilai moral, namun aplikasi
nilai-nilai itu di rumah jauh lebih penting.
Usaha-usaha yang dapat di lakukan jika anak
mengalami gangguan emosional yaitu dengan melakukan terapi,yang merupakan penetapan
sistematik dari sekumpulan prinsip belajar terhadap suatu kondisi atau perilaku
yang dianggap menyimpang, dengan tujuan melakukan perubahan. Perubahan yang
dimaksud dapat berarti menghilangkan, mengurangi, meningkatkan atau
memodifikasi suatu Kondisi atau perilaku tertentu. Misalnya anak yang menderita
fobLi dilatih agar mengurangi rasa takutnya hingga mencapai kadar yang wajar
a.
Terapi bermain
Terapi ini berusaha mengubah
perilaku anak yang bermasalah, dengan menempatkan anak dalam situasi bermain.
Untuk pelaksanaannya biasanya disediakan ruangan khusus yang telah diatur sedemikian
rupa sehinggi anak bisa bersantai, dan dapat mengekspresikan segala perasaan
dengan bebas. Dengan metode ini dapat diketahui permasalahan yang sedang
dihadapi oleh seorang anak, selanjutnya diusahakan suatu metode yang tepat
bagnimaria mengatasi atau memecahkan masalah tersebut.
b. Terapi keluarga
Terapi ini berusaha mengubah
perilaku anak yang memiliki permasalahan dalam lingkungan keluarga saling akrab
satu sama lain Dalam ha! ini usaha pembinaan dan bimbingan dari keluarga yang
lebih tua sangat dibutuhkan.
c. Terapi perilaku atau modifikasi perilaku
teori belajar untuk mengubah
perilaku anak Yaitu dengan menghilangkan perilaku yang tidak disenangi seperti
pemarah, atau mengembangkan keinginan, misalnya mengerjakan pekerjaan rumah
(PR). tujuan nya adalah mengubah perilaku anak. yang mempergunakan peran yang
dikondisikan untuk mendorong agar anak melakukan sesuatu, misalnya menaruh
pakaian kotor ke dalam ember. Demikian anak melakukannya berkali-kali apabila
hasilnya bak dia mendapat rework (hadiah), misalnya dengan memberikan pujian
atau hadiah berupa mainan.
Bentuk-bentuk ekspresi emosi
Menurut
Chaplin (2000) emosi merupakan suatu keadaan terangsang dari organisme,
mencakup perubahan yang disadari, mendalam sifatnya dan perubahan perilaku. ekspresi
bahasa non verbal, yaitu ketika manusia mengekspresikan emosinya dengan
menangis, menari, melontarkan kalimat – kalimat amarah, dan lain – lain.
Leathers (1976) menyimpulkan
penelitian-penelitian tentang wajah sebagai berikut:
a. Wajah mengkomunikasikan
penilaian dengan ekspresi senang dan tak senang, yang menunjukkan apakah komunikator memandang
objek penelitiannya baik atau buruk;
b. Wajah mengkomunikasikan
berminat atau tak berminat pada orang lain atau lingkungan;
c. Wajah mengkomunikasikan
intensitas keterlibatan dalam situasi situasi;
d. Wajah mengkomunikasikan
tingkat pengendalian individu terhadap pernyataan sendiri; dan wajah barangkali
mengkomunikasikan adanya atau kurang pengertia
Bentuk-bentuk ekspresi emosi, yaitu:
ü Ekspresi wajah
Ekspresi
wajah adalah daerah lain dalam komunikasi bukan ilmu bahasa. Ekspresi wajah
termasuk perawakan-perawakan dan gerakan-gerakan fasial yang semata-mata
refleksif (ket: cepat yang mendekati objek), kelihatannya emosional. Ekspresi
wajah atau mimik adalah hasil dari satu atau lebih gerakan atau posisi otot pada wajah. Ekspresi wajah merupakan salah satu bentuk komunikasi
nonverbal, dan dapat menyampaikan
keadaan emosi dari seseorang kepada orang yang mengamatinya. Ekspresi wajah
merupakan salah satu cara penting dalam menyampaikan pesan sosial dalam
kehidupan manusia, namun juga terjadi pada mamalia lain dan beberapa spesies hewan lainnya.
Ekman, 1972,
menyatakan bahwa ekspresi wajah pada umumnya dianggap sebagai domain yang
eksklusif dari penelitian emosi, khususnya untuk ekspresi wajah pada emosi
dasar (Scherer, 1992). Orang dapat mengenali emosi melalui tanda-tanda
yang terlihat di wajah (Ekman & Friensen, 1984). Ekspresi wajah tersebut
dapat menunjukan rasa gembira, jijik, marah, sedih, takut, dan terkejut.
Ekspresi Emosi dalam Musik
Sejatinya
musik adalah ritme bunyi yang harmonis. Musik merupakan alternatif sarana
katarsis bagi seseorang. Di dalam musik terdapat melodi, dinamika , suara keras
lembut, irama cepat lambat atau elemen-elemen lain. Memainkan alat musik
merupakan alternative katarsis bagi seseorang. Dengan musik ia dapat mengatur
irama sesuai dengan mood yang dimilikinya. Dengan bermain musik seseorang
terlalih mengelola dan mengendalikan emosi secara ritmis. Adapun yang terkandung
dalam mendengarkan ritme musik adalah kepekaan mengenali perasaan.
Ekspresi emosi yang ditampilkan dalam musik dapat dinilai dari beberapa hal
seperti:
1)
Elemen tempo dari musik yang ditampilkan
2)
Timbre
3)
Serta kompleksitas musik yang disajikan
musik yang
ekspresif nilainya ada pada musik itu sendiri (karenanya dapat dilakukan
emotion perception) sekaligus pada si pendengar (terkait dengan emotion
induction). Yang perlu diperhatikan lagi adalah adanya faktor ketiga: faktor
situasional. Bagaimana musik itu dipresentasikan berpengaruh juga dalam urusan
emosi ini. Misalnya, coba saja bandingkan sensasi emosional Anda saat mendengar
sebuah musik sendu saat sebenarnya Anda sedang merasa senang dan saat Anda
sedang meresa sedih, tentunya akan berbeda.
ü Ekspresi emosional wajah pada pendengaran.
Dalam beberapa jam kelahiran, bayi
menghasilkan guratan ekspresi berbeda sebagai keinginan yang berbeda. Selama
satu tahun pertama, guratan ekspresi anak menjadi suatu saluran komunikasi penting.
Emosi diekspresikan dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Ekspresi verbal
misalnya menulis dalam kata-kata, berbicara tentang emosi yang dialami, dan
lainnya. Ekspresi nonverbal misalnya perubahan ekspresi wajah, ekspresi vokal
atau (nada suara dan urutan pengucapan), perubahan fisiologis, gerak dan
isyarat tubuh, dan tindakan-tindakan emosional. Ekspresi nonverbal banyak
berhubungan dengan situasi budaya setempat dan perubahan fisiologis banyak
menentukan kesehatan orang.
ü Bahasa Lisan
Emosi dasar manusia ditandai dengan kata-kata,kebahagiaan, kemarahan, ketakutan, kejutan, menjijikkan, dan malu.
Emosi dasar manusia ditandai dengan kata-kata,kebahagiaan, kemarahan, ketakutan, kejutan, menjijikkan, dan malu.
Ekspresi Emosi pada Dewasa
Tidak seperti bayi dan anak-anak, orang dewasa yang normal dapat melakukan bahasa verbal dan nonverbal dalam berkomunikasi, dan mereka dapat mengintegrasikannya. Namun, tetap ada perbedaan dalam ekspresi.
Pada orang dewasa, interaksi antara bahasa verbal dan non verbal dalam komunikasi emosi dipengaruhi oleh budaya spesifik yang ada,walaupun factor biologis juga berperan. Fakta juga menunjukkan bahwa bisa saja satu emosi dasar menjadi ekspresi universal tergantung keadaan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada awalnya bayi mengalami kesulitan untuk menyampaikan pesannya. Seperti munculnya bahasa, menerima dan memberi,hasil eksperimen menemukan pertukaran pilihan, seperti anak yang baru belajar berjalan, kurang lebih 18 bulan, anak-anak dapat menunjukkan isyarat emosi saat terjadi konflik
Sebagai tambahan, Bugental dkk (1970) menemukan bahwa anak-anak kurang terpengaruh dibandingkan orang dewasa dengan ekspresi wajah (sebuah senyuman) saat terjadi masalah dengan kata dan intonasi suara.
Tidak seperti bayi dan anak-anak, orang dewasa yang normal dapat melakukan bahasa verbal dan nonverbal dalam berkomunikasi, dan mereka dapat mengintegrasikannya. Namun, tetap ada perbedaan dalam ekspresi.
Pada orang dewasa, interaksi antara bahasa verbal dan non verbal dalam komunikasi emosi dipengaruhi oleh budaya spesifik yang ada,walaupun factor biologis juga berperan. Fakta juga menunjukkan bahwa bisa saja satu emosi dasar menjadi ekspresi universal tergantung keadaan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada awalnya bayi mengalami kesulitan untuk menyampaikan pesannya. Seperti munculnya bahasa, menerima dan memberi,hasil eksperimen menemukan pertukaran pilihan, seperti anak yang baru belajar berjalan, kurang lebih 18 bulan, anak-anak dapat menunjukkan isyarat emosi saat terjadi konflik
Sebagai tambahan, Bugental dkk (1970) menemukan bahwa anak-anak kurang terpengaruh dibandingkan orang dewasa dengan ekspresi wajah (sebuah senyuman) saat terjadi masalah dengan kata dan intonasi suara.
ü Ekspresi emosi melalui Gambar
Menggambar
merupakan aktivitas yang didukung oleh proses kognitif, persepsual dan
psikomotorik. Menggambar merupakan salah satu cara mengekspresikan diri.
Ekspresi kemarahan atau agresi misalnya, dapat dituangkan dalam gambar tanpa
konsekuensi merusak lingkungan fisik. melalui gambar, seseorang
dapat membaca emosi dan menangkap ide yang diungkan oleh orang lain. Gambar
berfungsi sebagai alaat bantu mengembangkan imajinasi. Dalam kehiduan sosial,
imajinasi ini penating untuk empati. Sedangkan dalam kehidupan intelektual dan
kehidupan sehari-hari imajinasi penting untuk melakukan antisipasi dan
perencanaan.
ü Ekspresi emosi melalui Gerak
dan isyarat tubuh.
Emosi
diekspresikan dalam gerak dan isyarat tubuh. Kita kadang cukup tahu seseorang
sedang gugup atau jatuh cinta hanya dari bahasa tubuhnya. Seseorang yang gugup
menjadi tidak hati-hati, banyak melakukan gerakan tidak perlu, sering melakukan
kesalahan, berkeringat dan semacamnya. Orang yang jatuh cinta menatap yang
dicintai lebih sering, duduk condong padanya, tersenyum lebih lebar dan
lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar