BAB
II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
STRES
Stres
adalah suatu kondisi yang terjadi dikarenakan tekanan yang melebihi kemampuan
maksimum seseorang secara psikologis sehingga tindakannya menjadi kurang
terkontrol secara sehat serta terganggunya sistem metabolisme tubuh sehingga
menimbulkan berbagai macam penyakit .
Biasanya
stres mudah terjadi kepada tipe orang yang perasa, kurang percaya diri,
perfeksionis dan temperamental, dengan pemicu seperti beban fisik, ketidak
puasan, kehilangan, kekhawatiran ataupun kegagalan menimbulkan efek stres yang
kerkepanjangan.
Stres
adalah sesuatu keadaan yang tidak bisa kita dihindari karena merupakan bagian
dari kehidupan manusia, tapi kita dapat mengkontrol stres agar tidak menjadikan
hal yang buruk bagi hidup kita. Stres tidak selamanya buruk namun stres juga
dapat bermanfaat bagi kehidupan seseorang seperti tantangan dan motivasi
sehingga seseorang menjadi lebih maju, asalkan stres tersebut masih dalam
kondisi yang wajar.
Stres
merupakan keadaan batin yang membuat orang tersebut mengalami perasaan
khawatir, cemas, takut, merasa tidak aman, ledakan perasaan yang berlebihan dan
berbagai tekanan lainnya yang membuat keseimbangan tubuh terganggu. Saat
seseorang mengalami stres, tubuhnya akan bereaksi sehingga memicu terjadinya
bermacam reaksi biokimia di dalam tubuh, seperti kadar adrenalin aliran darah
meningkat, gula, kolesterol dan asam lemak tersalurkan ke dalam aliran darah,
tekanan darah naik dan jantung berdegup kencang, saat glukosa mengalir ke otak
sehingga kadar kolesterol menjadi meningkat berakibat munculnya barbagai
masalah bagi tubuh.
Stress
adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk
ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Bahkan stress dapat
membuat produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental. Pada
dasarnya, stress adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun mental.
Sumber stress disebut dengan stressor dan ketegangan yang di akibatkan karena
stress, disebut strain.
Menurut
Robbins (2001) stress juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan
keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai
kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang. Dan apabila pengertian
stress dikaitkan dengan penelitian ini maka stress itu sendiri adalah suatu
kondisi yang mempengaruhi keadaan fisik atau psikis seseorang karena adanya
tekanan dari dalam ataupun dari luar diri seseorang yang dapat mengganggu
pelaksanaan kerja mereka.
Menurut
Woolfolk dan Richardson (1979) menyatakan bahwa adanya system kognitif,
apresiasi stress menyebabkan segala peristiwa yang terjadi disekitar kita akan
dihayati sebagai suatu stress berdasarkan arti atau interprestasi yang kita
berikan terhadap peristiwa tersebut, dan bukan karena peristiwa itu
sendiri.Karenanya dikatakan bahwa stress adalah suatu persepsi dari ancaman
atau dari suatu bayangan akan adanya ketidaksenangan yang menggerakkan, menyiagakan
atau mambuat aktif organisme.
Sedangkan
menurut Handoko (1997), stress adalah suatu kondisi ketegangan yang
mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Stress yang terlalu
besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya.
B.
GEJALA-GEJALA
AUD YANG MENGALAMI STRES
Seorang anak yang stres dapat
diidentifikasi dengan memperhatikan tingkah lakunya. Reaksi-reaksi
psikosomatik, termasuk problem pencernaan, sakit kepala, kelelahan, gangguan
tidur, dan masalah sewaktu buang air, mungkin merupakan tanda-tanda bahwa ada
sesuatu yang tidak beres.
Tanda
lainnya seperti sering menangis, senang menyendiri, rewel, tidak mau berangkat
ke sekolah atau suatu tempat, membuat kenakalan di sekolah atau di lingkungan
tempat bermainnya, penurunan nilai sekolah. Bahkan stres juga dapat menyebabkan
penyakit fisik pada anak, misalnya merasa pusing, mual, diare, kelumpuhan
akibat depresi, atau penyakit lainnya.
Apabila
seorang anak mengalami sakit dalam waktu lama dan setelah dikonsultasikan ke
dokter tidak ditemukan penyebab pastinya, maka tidak ada salahnya bila Anda
meminta bantuan seorang psikolog, karena penyakit tersebut bisa saja bukan
disebabkan virus, bakteri atau kerusakan pada tubuh melainkan disebabkan
pikiran anak yang sedang stress.
Gejala-gejala stress pada anak adalah sebaga
berikut:
1.
Anak menampilkan tanda-tanda depresi
2.
Mudah marah dan kehilangan minat pada
aktivitas pavoritnya
3.
Lelah, gelisah dan agitasi
4.
Mengeluh sakit fisik seperti sakit perut
(mencret) ataupun sakit kepala
5.
Minat belajar menurut dan prestasi yang
anjlok
6.
Kemungkinan anak akan berubah tingkah
laku dari seorang yang ramah menjadi pendiam, ataupun sebeliknya dari seorang
yang penurut menjadi seorang yang sering membantah
7.
Anak berubah menjadi seorang pembohong bahkan
mencuri atau melakukan perbuatan jahat lainnya sebagai bentuk pelarian.
8.
Anak kurang bertanggung jawab terhadap
tugas-tugas rumah
9.
Anak menjadi lebih tergantung dengan
orang tua atau mengacuhkan orang tua
10.
Kurang percaya diri dan bersikap malas
Gejala-gejala
stress pada anak harus cepat ditanggulangi sebelum gejala-gejala tersebut
mengalami generalisasi terhadap tingkah laku negatif lainnya. Anak
yang stress berat bahkan bisa bersikap destruktif
(merusak) bahkan bunuh diri jika tidak cepat ditanggulangi.
Secara
umum gejala atau tanda-tanda stres pada anak dapat dikelompokkan dalam beberapa
katagori:
a)
Gejala fisik: seperti ngompol,
sulit tidur, menurunnya napsu makan, gagap, sakit perut, sakit kepala, dan
mimpi buruk,
b)
Gejala emosi: ditandai dengan
rasa bosan, tidak adanya keinginan untuk berpartisipasi pada aktivistas di
rumah maupun di sekolah, takut, marah, menangis, kebiasaan berbohong, mengasari
teman, atau memberontak terhadap aturan-aturan, bereaksi secara
berlebih-lebihan terhadap masalah-masalah yang kecil, dan perubahan drastis
dalam penampilan akademik;
c)
Gejala kognitif: ditunjukkan
melalui ketidakmampuan berkonsentrasi atau menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan sekolah,
dan suka menyendiri dalam waktu yang lama;
d)
Gejala tingkah laku: ditunjukkan
dengan ketidakmampuan mengontrol emosi, menunjukkan sikap brutal dan keras
kepala, dan perubahan tingkah laku jangka pendek seperti temperamen yang
berubah-ubah dan perubahan dalam pola tidur, munculnya kebiasaan-kebiasaan baru
seperti mengisap jempol, memutar-mutar rambutnya, atau mencubit-cubit hidung.
C.
EFEK-EFEK
STRES TERHADAP AUD
Stress dapat menghambat perkembangan anak baik itu
fisik maupun psikisnya sehingga membuat perkembangan anak tidak optimal dan
akan dapat membawa dampak buruk pada kehidupan anak kedepan, untuk itu orang
tua peru mengetahui apa-apa saja hal yang membuat anak stres dan orang tua
harus berusaha mengindari hal itu, dan juga cara mengatasi stres tersebut agar
perkembangan anak optimal dan sesuai dengan yang diharapkan.
D.
KEBIASAAN-KEBIASAAN AUD YANG
MENGALAMI STRES
1. Menggunakan
dot
Anak sedang berada dalam tahap
ingin madiri, ingin melakukan segalanya sendiri, tapi melangkah menjauhi Anda
dan terjun ke dunia yang tidak diketahuinya adalah hal yang menakutkan. Di
situlah dot atau empeng memberikan bantuan, saat anak merasa takut atau asing,
dot menjadi sumber kenyamanan yang dikenalnya.
2. Tidak
bisa melepaskan barang kesayangannya
Anak ingin memiliki jaminan,
terutama ketika dia sedang melawan ketakutannya (dari gelap, orang asing, suara
keras) dan saat menguji kemerdekaannya. Pada umur 5 tahun atau lebih cepat dari
itu, dia mungkin akan melonggarkan cengkramannya.
3. Memutar-mutar
rambut
Memutar-mutar rambut adalah
kegiatan menyamankan diri. Ini adalah cara anak kecil untuk mengatasi stres.
4. Hoby
Menghisap Jempol
Ketika seorang anak memasukkan ibu
jarinya ke dalam mulutnya, bibirnya membentuk pertahanan di sekitar ibu jari,
dan mengisap bibir, pipi, dan lidah. Permukaan telapak tangan ibu jari biasanya
menghadap ke atas. Biasanya tangan lain anak menggosok bagian tubuh lainnya
seperti telinga atau rambut, atau benda kesukaan seperti boneka atau selimut.
Meskipun di tahun pertama dan kedua
kehidupan sangat umun, namun kebiasaan menghisap jempol secara bertahap akan
berkurang dengan bertambahnya umur pada anak. Lebih khusus lagi pada masyarakat
kita, sekitar 40% dari anak usia 1 tahun, 20% dari anak usia 5 tahun, dan 5%
dari anak berusia 10 tahun aktif menghisap jempol. Dengan demikian, kebanyakan
anak secara alami mengatasi kebiasaan itu, tapi ada yang berlanjut hingga anak menjadi remaja dan
dewasa. Dari anak-anak yang sering menghisap jempol pada beberapa tahun pertama
kehidupan, sekitar 50% akan menghentikan kebiasaan itu pada usia 5 tahun, 75%
pada usia 8 tahun, dan 90% pada usia 10 tahun. Anak akan mulai menghisap jempol
pada usia 9 bulan. Anak perempuan lebih
banyak menghisap jempol dibandingkan dengan anak laki-laki.
5. Menggigit
Kuku
Survey menunjukkan bahwa sejumlah
besar anak-anak yang menggigit kuku, akan terus menggigit kuku mereka sehingga
kuku mereka menjadi jelek, nyeri atau pendarahan. Kebiasaan menggigit kuku ini
lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan dengan pria. Penggigit kuku
sering merasa malu untuk menampilkan kuku mereka didepan umum dan dapat muncul
kecemasan serta tidak nyaman dalam situasi sosial. Meskipun sangat umum,
menggigit kuku adalah salah satu kebiasaan yang paling sulit untuk
dimodifikasi.
6. Gangguan
Tidur.
Nilai tidur yang cukup untuk anak-anak
adalah penting, tidak hanya untuk fungsi yang tepat dari berbagai sistem tubuh,
tetapi juga untuk kesejahteraan psikologis anak.
Gangguan tidur ringan yang sangat umum
terjadi pada anak terutama di usia 2 tahun, dan pada anak usia 3 sampai 5
tahun. Mimpi yang mengganggu dan gelisah dalam tidur adalah dua gangguan yang
paling umum. Untuk sekitar sepertiga dari anak usia 3 sampai 10 tahun, mimpi
yang mengganggu akan hadir.
Meskipun gangguan tidur yang ringan dan
sementara adalah kejadian biasa di masa kecil, kesulitan tidur yang parah
adalah tanda-tanda awal gangguan emosional pada anak. Misalnya jika masalah
parah dan kronis, seperti banyak terjaga pada waktu malam atau mimpi buruk
hampir setiap malam dalam jangka yang panjang, maka mungkin ada gangguan
emosional yang serius yang membutuhkan konseling profesional.
E.
KONDISI
YANG MENYEBABKAN AUD MENGALAMI STRES
Stres
pada anak dapat terjadi pada berbagai usia, bahkan sejak usia dini, sejak dalam
kandungan. Bila ibu yang mengandung mengalami stres, janin yang ada dalam
kandungan juga akan merasakannya. Detak jantung janin menjadi tidak teratur,
sehingga persediaan oksigen dan sari makanan berkurang. Seiring
pertambahan usia terutama saat masa remaja, berbagai penyebab dapat memicu
stres pada anak, di antaranya adalah:
1.
Makanan
Kurangnya kandungan gizi pada makanan dapat menyebabkan pertumbuhan anak tidak optimal dan suplai gizi yang diperlukan tubuh tidak tercukupi sehingga dapat menimbulan stres. Begitu juga, konsumsi makanan cepat saji yang berlebihan, karena makanan tersebut memiliki kandungan gula yang berlebih dan minim gizi untuk tubuh.
Kurangnya kandungan gizi pada makanan dapat menyebabkan pertumbuhan anak tidak optimal dan suplai gizi yang diperlukan tubuh tidak tercukupi sehingga dapat menimbulan stres. Begitu juga, konsumsi makanan cepat saji yang berlebihan, karena makanan tersebut memiliki kandungan gula yang berlebih dan minim gizi untuk tubuh.
2.
Kurang tidur
Terlalu banyak bermain atau menonton
televisi membuat anak kekurangan jam tidurnya. Untuk anak yang telah
bersekolah, banyaknya tugas dari sekolah, kegiatan ekstrakurikuler atau kursus
yang berlebihan membuat anak kekurangan waktu dan harus menghabiskan waktu
untuk menyelesaikan tugasnya sehingga jam tidur berkurang. Kurang tidur dapat
menyebabkan emosi dan pikiran anak menjadi tidak stabil dan rentan mengalami
stres.
3.
Lingkungan keluarga
Pertengkaran orang tua atau
perceraian dapat menyebabkan ketakutan pada anak. Hal ini wajar, karena seorang
anak sangat mendambakan kasih sayang orang di sekelilingnya, terutama orang
tuanya untuk membuatnya merasa aman dan terlindung.
4.
Pola asuh orang tua
Secara
umum, pola asuh orang tua terdiri dari 3 macam. Pertama, authoritarian di mana
orang tua bersikap otoriter, tidak memberi anak kebebasan dan memaksa anak agar
memenuhi tuntutan orang tua bahkan menganiaya anaknya. Kedua, permissive yaitu
orang tua sangat membebaskan anaknya walaupun seorang anak belum dapat membuat
keputusan dengan tepat dan membiarkan kesalahan anak. Ketiga, authoritative
yaitu orang tua menentukan dengan jelas konsekuensi dari setiap tindakan yang
diambil, mereka tidak mengekang anak secara berlebihan juga tidak
membebaskannya, tetapi terus memberi perhatian pada anak dan berusaha membentuk
anak yang mandiri. Pola authoritative ini yang paling baik untuk membentu
kepribadian anak. Stres dapat terjadi pada anak apabila dia merasa tidak dapat
memenuhi tuntutan orang tuanya ataupun karena dia harus mengalami konsekuensi
buruk akibat kesalahan keputusan yang diambilnya.
5.
Tekanan dari teman
Dalam pergaulannya, seorang anak
tidak ingin berbeda dari anak-anak lain dari kelompoknya. Perbedaan seorang
anak, mungkin karena fisik atau sifatnya dapat memancing ejekan dari
teman-temannya. Ini pula yang dapat menyebabkan seorang anak merasa stres
karena merasa tidak dapat diterima oleh teman-temannya
6.
Kematian orang tua
Anak akan merasa bersalah. Anak
memandang bahwa orang tua meninggal karena kesalahannya yang sering membuat
orang tuanya marah.
7.
Perceraian.
Anak merasa ditelantarkan. Logika
seorang anak mengatakan bahwa jika orang tua dapat berhenti mengasihi satu sama
lain, mereka pun dapat berhenti mengasihi dia.
8.
Pertengkaran orang tua
Anak ketakutan saat melihat orang
tua bertengkar. Pertengkaran orang tua dapat menimbulkan stres berat sehingga
mengakibatkan muntah-muntah, tanda-tanda ketegangan pada wajah, kerontokan
rambut, naik atau turunnya berat badan, dan bahkan bisul-bisul.
9.
Kesalahan.
Anak memandang kesalahan seperti
penghinaan. Karena memiliki citra diri yang labil, anak-anak cenderung
memandang segala sesuatu jauh melampaui porsinya. Ia mendapati bahwa penghinaan
adalah salah satu penyebab umum bunuh diri di
kalangan anak-anak.
10.
Cacat
Seorang anak yang cacat fisik atau
mental mungkin harus menanggung ejekan dan ketidaksabaran guru dan anggota
keluarga yang menyatakan kekecewaan atas apa yang sama sekali di luar
kesanggupannya. Hal ini akan menyebabkan frustasi pada anak.
12 Tugas Sekolah
Tugas sekolah atau
pekerjaan rumah (PR) yang bertubi-tubi dan bertumpuk, bisa membuat anak
kewalahan, lelah dan stres. Materi pelajaran yang terlalu banyak dan padat,
serta jam sekolah yang terlalu lama juga bisa menimbulkan stress. Di samping
itu, suasana belajar
yang tidak nyaman dan metode pembelajaran yang kurang efektif (kurang menyentuh
aspek emosional/afektifnya) bisa membuat anak sulit mengikuti dan menyesuaikan
kemampuannya, sehingga lama-lama anak menjadi malas, jenuh dan stres menghadapi
pelajaran di sekolah. Memaksakan anak mengikuti kegiatan les atau kursus
tertentu yang tidak sesuai dengan keinginannya juga bisa menimbulkan hal yang
sama.
F.
CARA MELATIH ANAK DALAM MENGHADAPI
STRES
Stres yang
dialami si kecil bisa berawal dari hal-hal yang kita anggap biasa, seperti
berebut mainan dengan temannya, cara dan ekspresi kita saat menegurnya atau
tugas sekolah. Jika ia stres dengan hal tersebut, maka ia akan mengalami
kegelisahan. Hal ini bisa berlarut-larut jika kita biarkan. Ketika si kecil
menunjukkan gejala-gejala stres bahkan depresi, segera dekati dan ajak ia
bicara, dan tanyakan penyebabnya dengan cara yang tidak membuatnya merasa
diserang atau dipaksa. Mulailah berbicara, ngobrol sebagai sahabat sekaligus
orang tuanya untuk menyiapkan kemungkinan mengeliminasi penyebab kegelisahannya
dan mengatasinya. Orang tua bisa mengajarkan anak berlatih menghadapi dan
mengurangi kadar stres dengan relaksasi ringan ala Michele Borba, pengarang Big Book of Parenting Solution
seperti dilansir kompas.com berikut ini.
1.
Melatih pernapasan
Ajarkan si kecil untuk meniupkan
kekhawatirannya lewat hembusan napas. Ajar mereka untuk melakukan gerakan
seakan meniup balon yang ada di dalam perutnya. Gerakan ini dimaksudkan agar si
kecil menghirup napas yang dalam, tahan hingga 3 hitungan, lalu hembuskan
sambil mengeluarkan suara “aaaa”. Letakkan telapak tangan si kecil pada
perutnya untuk ia merasakan napasnya yang masuk ke dalam perutnya. Seringnya si
kecil bernapas dengan dada dengan gapah, bukan dengan perutnya. Mengambil napas
dalam-dalam dan perlahan adalah cara termudah untuk meredam stres dan
membiarkan kekhawatiran mereda.
2.
Membiarkan ketegangan melayang
Coba minta anak Anda untuk menegangkan
setiap otot pada tubuhnya dan kaku seperti kayu, sehingga setiap tulang pada
tubuhnya tegang. Tunggu beberapa saat, lalu dalam hitungan cepat, minta ia
untuk membuat tubuhnya sangat lunglai. Saat ini dilakukan berulang kali, ia
akan mengetahui cara membuat tubuhnya relaks. Ketika ia sudah mengenali
tubuhnya sendiri, ia bisa menyadari bagian-bagian mana pada tubuhnya yang
terasa kaku ketika ia sedang dalam tekanan (stres), entah itu lehernya,
pundaknya, atau rahangnya. Ketika salah satu bagian pada tubuhnya menegang
akibat stres, minta ia untuk menutup matanya, berkonsentrasi pada titik
tersebut, buat bagian tersebut menegang selama 4 detik, lalu lemaskan. Saat
melakukan teknik ini, minta ia untuk membayangkan stres dan kekhawatirannya
terbang mengawang dari atas kepalanya dan jari-jari kakinya hingga ia
benar-benar merasa tenang dan kalem.
G.
Hal yang perlu diperhatikan dalam Membantu Anak yang
Mengalami Stres
Sebagai manusia yang belum
berpengalaman dan kapasitas otak yang belum optimal, seorang anak tidak
memiliki kemampuan untuk mencari solusi dari stres yang dideritanya sehingga
perlu mendapat bantuan dari orang dewasa untuk dapat mengatasi kesulitannya
sehingga stres yang dialaminya tidak berkepanjangan.Bila ada indikasi anak Anda
mengalami stres, hindari untuk merasa panik berlebihan karena bila Anda panik
maka Anda dapat pula menderita stres sehingga tidak dapat membantu anak Anda.
Yang dapat Anda lakukan untuk membantu anak Anda adalah:
1. Perbaiki pola asuh Anda
Bila selama ini Anda cenderung otoriter
atau sebaliknya serba boleh, sebaiknya Anda mengubah pola asuh Anda agar anak
Anda tidak merasa terbebani dengan tuntutan yang berlebihan. Sebaliknya,
berikan aturan yang jelas, mengapa aturan tersebut diberikan dan konsekuensi
apabila peraturan dilanggar. Jangan lupa untuk memberikan pujian jika anak Anda
bersikap positif, tetapi berikan teguran atau disiplin apabila anak melakukan
pelanggaran serta penjelasan mengapa disiplin diberikan dan bukan karena orang
tua membenci anaknya.
2. Jangan buat tuntutan yang berlebihan
Orang tua menginginkan anaknya mencapai
yang terbaik, tetapi jangan tetapkan target yang tidak dapat dicapai oleh anak.
Jangan pula mengritik atau membanding-bandingkan seorang anak dengan orang
lain. Terimalah seorang anak dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Jika
seorang anak gagal mencapai tuntutan yang Anda berikan, jangan menghukum atau
mengejeknya, tetapi bantulah anak agar dapat menjadi lebih baik di kemudian
hari. Kegagalan yang dialami anak sekarang bukan berarti dia tidak dapat
menjadi lebih baik dan bukan berarti akhir segalanya.
3. Buat kedekatan dengan anak dan komunikasi yang terbuka
Kedekatan orang tua dengan anak akan
membantu seorang anak terbuka terhadap orang tua dan leluasa menjadikan orang
tua sebagai tempat curhat. Anak dapat menceritakan kejadian yang tidak
menyenangkan yang dialaminya saat di sekolah atau di luar rumah. Orang tua,
sebagai manusia yang lebih berpengalaman dapat memberikan solusi yang baik
untuk anak atau mengambil tindakan yang diperlukan agar kejadian tidak
menyenangkan dapat dihindari. Ini sangat baik dibandingkan jika anak
menceritakan permasalahannnya kepada teman sebaya atau orang lain yang tidak
tepat yang dapat memberikan saran yang membuatnya semakin terpuruk.
4. Ciptakan keluarga yang harmonis
Hubungan ayah ibu yang harmonis, kedekatan
dengan kakak adik dan anggota keluarga lain membuat anak merasa nyaman dan
betah di rumah, membantunya terhindar dari pergaulan buruk yang dapat
menimbulkan berbagai masalah yang dapat membuat anak stres. Selain itu, dengan
keluarga harmonis dapat menghindari terjadinya pertengkaran bahkan perceraian
yang akan mengganggu kestabilan emosi anak.
5. Bentuk anak yang mandiri
Seorang anak pada saatnya harus menjadi
mandiri, karena tidak mungkin orang tua terus menerus mengawasinya. Maka, bantu
anak dengan melatihnya untuk membuat keputusan yang diperlukan. Misalnya, saat
seorang anak menanyakan apakah suatu tindakan boleh dilakukan atau tidak, ajak
anak berdiskusi apa hal baik dan hal negatif yang akan terjadi jika anak
melakukan hal tersebut. Hal ini dapat membantu anak jika suatu saat ia harus
membuat keputusan tanpa bantuan orang tua. Anak yang mandiri juga akan lebih
dpaat menyelesaikan masalahnya dan menangani saat dia merasa tidak nyaman
sehingga mencegah anak mengalami stres.
6. Beri keleluasan yang wajar untuk anak
Untuk hal-hal yang tidak terlalu prinsip,
berikan keleluasan pada anak. Misalnya dalam menentukan kegiatan
ekstrakurikuler atau kursus yang akan diikutinya. Biarkan anak menyalurkan
hobinya sehingga anak tidak merasa terkekang dan menikmati aktivitasnya.
7. Berikan makanan sehat dan tidur cukup
Karena asupan gizi dapat mempengaruhi stres
anak, maka sajikan makanan yang bergizi untuk Anda, jangan membiasakannya
dengan makanan cepat saji, soft drink, atau jajanan lain yang tidak bergizi.
Juga biasakan anak agar makan dengan teratur dan tepat waktu. Sedangkan untuk
membantu anak cukup tidur, bantu anak agar memiliki jadwal yang baik, tentukan
kapan dia boleh bermain, kapan harus mengerjakan tugas dan jadwal lainnya
sehingga anak memiliki waktu untuk tidur siang dan tidak sampai harus tidur
larut malam untuk mengerjakan tugasnya. Perhatian dan kasih sayang yang dari
orang tua tertutama yang dibutuhkan anak dan membantu anak terhindar dari
stres. Maka, terus dukung, latih dan asuh anak Anda agar dia dapat menikmati
hari-harinya dengan ceria
DAFTAR RUJUKAN
Christian,M.2005.Jinakkan
stress.Bandung:Nexx Media
Smet,Bart.1994.Psikologi
kesehatan.Jakarta:Gramedia.